Encore untuk IZ*ONE
"Buat apa suka grup yang pada akhirnya bakalan bubar juga?". Itu adalah pertanyaan yang sangat sering terlontar dari mulut saya untuk teman-teman saya.
Teman-teman saya rata-rata "Produce Enthusiast" Pembahasan mengenai acara Produce, maupun grup-grup bentukan Produce adalah hal yang tiap hari saya dengar. Jadi dengan percaya diri saya bisa bilang, "Walaupun saya tidak pernah nonton Produce, saya cukup tau banyak tentang acara itu". Belum lagi lagu-lagu dari IOI, Wanna One, maupun IZ*ONE (waktu itu belum ada X1) adalah lagu wajib untuk diputar di kelas saya. Karena terkadang saya bosan mendengar pembahasan tentang Produce-produce itu, saya kemudian membuat jokes seperti "Grup Produce itu grup instan", atau "Yes Wanna One sudah mau bubar" misalnya (Ini Jokes 2-3 tahun yang lalu yah jangan marah, sekarang saya juga sudah tau rasanya).
Tapi tanpa saya ketahui, pada akhirnya saya sendiri justru jadi penggemar dari sebuah grup Produce. Grup yang menarik perhatian saya adalah IZ*ONE. Saya selalu tahu persis bagaimana awal cerita saya menjadi Wizone. Cerita biasa bagi siapapun yang mendengarnya termasuk mungkin bagi anda yang membaca artikel ini, tapi cerita ini adalah titik balik bagi saya untuk mengejar semua impian saya.
Seperti yang pernah saya bahas di artikel saya sebelumnya (Baca Juga:Realita bagi kpopers yang terlambat saya sadari) Saya sempat berhenti jadi kpopers di akhir tahun 2018, Kemudian saya kembali lanjut di bulan Maret 2019. Sebenarnya saya tidak ingin menyebut diri saya sebagai kpopers, karena saya juga cuma jadi fansnya IZ*ONE. Jadi waktu itu, saya merasa capek sekolah padahal sudah menjelang Ujian Nasional. Banyak hal tidak berjalan dengan baik waktu itu, seperti nilai saya yang menurun, dsb. Akhirnya karena kebanyakan berpikir saya sakit sendiri.
Karena semua teman saya pergi sekolah, dan waktu itu saya terlalu lemas untuk beraktivitas, saya akhirnya memutuskan untuk membaca history chat teman saya. Salah satu teman saya mengirim sebuah video yang entah kenapa menarik perhatian saya. Video itu tentang IZ*ONE, saya kemudian menonton video itu sampai habis. Jujur, bagi saya video itu sangat menarik. Tapi saya belum tertarik untuk cari tahu lebih lanjut tentang IZ*ONE waktu itu. Toh dari awal saya memang tidak (mau) tertarik dengan grup Produce.
Esok harinya saya yang masih belum masuk sekolah, sedang cari-cari video yang kira-kira menarik untuk ditonton, saya kemudian menemukan sebuah fancam dari salah satu member IZ*ONE. Akhirnya saya iseng-iseng nonton untuk cari tau siapa orang yang jadi center dari video ini. Saya mencari tau di kolom komentar, dan menemukan bahwa orang yang jadi center dari video ini bernama Yena.
Kemudian saya membaca komentar random yang bertuliskan "Btw did Yena and Yuri wear couple bracelet?" Masalahnya adalah, dari awal sampai akhir saya nonton video itu, saya tidak menemukan orang lain yang memakai gelang selain Yena ini. Saya yang sangat membenci situasi penasaran seperti ini, langsung mencari tahu mengenai siapa Yuri itu, di sebuah website yang menampilkan profile dari member IZ*ONE.
Saat saya scroll-scroll sambil mencari tentang Yuri ini, saya melihat ternyata selisih umur saya dengan member IZ*ONE, tidak beda jauh. Setelah saya menemukan Yuri, saya melihat profile 1 orang di bawahnya yang bernama Yujin. Saya kaget melihat Yujin yang lahir di tahun 2003, satu tahun di atas saya. Tapi saya lebih kaget lagi melihat profile seseorang di bawah Yujin. Ya siapa lagi kalau bukan Jang Wonyoung. Wonyoung ini lahir di tahun 2004, tepat di tahun yang sama dengan tahun kelahiran saya.
Entah kenapa waktu itu untuk pertama kalinya saya tiba-tiba memikirkan sesuatu yang cukup dewasa dan bijak (serius saya merasa saya belum pernah berpikir sebijak ini sebelum hari itu) Saya berpikir "Wonyoung ini lahir di tahun yang sama dengan saya, dia sekarang jadi orang yang sukses, uangnya banyak, fansnya banyak, prestasinya banyak. Terus saya? saya tidak pernah belajar serius untuk persiapan ujian nasional, saya tidak berprestasi, nilai-nilai saya selalu menurun. Apa-apaan saya ini".
Sejak hari itu, saya betul-betul jadi rajin belajar setiap hari. Saya yang sebelumnya punya prinsip "hidup mengikuti arus", setelah momen itu saya jadi seseorang yang menyusun rencana hidup saya baik-baik dan bertekad mewujudkannya sesusah apapun itu. Yang ada di kepala saya setiap melihat IZ*ONE adalah "Saya harus punya hidup yang sukses seperti Jang Wonyoung dan IZ*ONE". Sukses di sini bukan dalam artian saya ingin sukses jadi idol seperti IZ*ONE. Karena saya tahu persis, sampai kapan pun itu tidak bakal mungkin terjadi. Sukses yang saya pikirkan di sini adalah sukses di jalan dan cita-cita yang saya inginkan.
Ya itu awal saya menjadi Wizone. Sekarang IZ*ONE sudah berakhir. Saya kini sudah kembali menerima boomerang jokes "Yes Wanna One sudah mau bubar". Kini teman saya lah yang selalu mengatakan "Yes IZ*ONE bubar" setiap kali kita sedang hang out. Saya tidak sedih IZ*ONE bubar, dari awal saya tahu dan terima kalau IZ*ONE bakal bubar. Bagi saya ketika IZ*ONE bubar adalah momentum bagi kami (IZ*ONE dan Wizone) Untuk berjalan di jalan kami sendiri agar suatu hari nanti kami bisa bertemu di sebuah tempat yang lebih indah.
Yang bikin saya sedih adalah, bagaimana IZ*ONE berakhir. Saat menonton konser terakhir IZ*ONE yaitu One The Story, jujur hati saya agak sakit mendengar member IZ*ONE mengatakan "Kami sedih tidak bisa bertemu dengan Wizone untuk terakhir kalinya" dan "Kami sedih kenapa kisah kami harus berakhir seperti ini". Saya sangat berharap agar IZ*ONE mengadakan last concert yang bisa dinonton langsung oleh fans, tapi sayangnya aktivitas IZ*ONE betul-betul berhenti setelah konser One The Story.
Saya bertanya-tanya, kenapa konser terakhir diadakan 1 bulan lebih sebelum waktu kebubaran yang seharusnya? Padahal 1 bulan itu waktu yang sangat lama, IZ*ONE bisa mengadakan comeback 1 kali lagi sebelum hari kebubaran. Saya berpikir mungkin ada sesuatu dibalik ini. Saya juga kecewa, kenapa tidak ada upaya untuk mempertemukan IZ*ONE dan Wizone untuk terakhir kalinya. Padahal ada beberapa grup yang sudah mengadakan fansign/fanmeet offline. Saya rasa, kalau IZ*ONE sempat bertemu dengan Wizone untuk terakhir kalinya, saya lebih ikhlas dan tidak terlalu sedih dengan disbandment.
Mungkin ada yang bertanya, apakah saya berharap dengan Project Parallel Universe? Jawaban saya tidak. Di sini saya tidak bermaksud meruntuhkan optimisme kalian bagi yang masih berharap. Ini hanya opini saya saja. Saya sendiri sudah tidak mau terlalu berharap, kemarin sehabis One The Story saya masih sangat optimis IZ*ONE bakal comeback 1 kali dan mengadakan konser offline, tapi ternyata selama rentang 1 bulan lebih itu tidak ada yang terjadi. Optimis itu butuh banyak tenaga, tenaga saya sudah habis. Masih banyak hal yang harus dilakukan. Mengikhlaskan adalah jalan terbaik.
Dan sejujurnya, saya lebih berharap IZ*ONE mengadakan pertemuan dengan Wizone secara langsung (mungkin setelah pandemi berakhir) sekali saja dibanding IZ*ONE Re-debut(?). Bagi saya pertemuan dengan Wizone lebih realistis untuk diwujudkan, dibanding Re-debut. Tapi kalau misalnya Project Parallel Universe berhasil, saya angkat topi untuk para Wizone yang masih optimis dan sudah berjuang mati-matian.
Eunbi bilang, IZ*ONE dan Wizone akan selamanya bersama di Parallel Universe. Alam semesta lain yang di dalamnya ada kemungkinan dengan jumlah yang tidak terbatas. Saya sejujurnya percaya dengan itu. Tapi saya sedih dengan fakta bahwa di "alam semesta yang ini" IZ*ONE dan Wizone tidak bisa bersama selamanya, dan harus berakhir dengan cara seperti ini.
Saya berharap suatu hari nanti saya bisa jadi orang yang sukses, sehingga IZ*ONE bisa tau kalau jauh di luar sana, ada seorang Wizone bodoh yang seumuran dengan Jang Wonyoung, yang setiap hari selalu merasa semangat dan termotivasi karena mereka.
Thank you Kwon Eunbi, Miyawaki Sakura, Kang Hyewon, Choi Yena, Lee Chaeyeon, Kim Chaewon, Kim Minju, Yabuki Nako, Honda Hitomi, Jo Yuri, Ahn Yujin, Jang Wonyoung for all the memories. Each precious second will be treasured in my heart forever.
See you in that "Wonderful Place"
Ameen |
Comments
Post a Comment